Saya sempat menemui gitaris Mesin Tempur di backstage sesaat sebelum mereka menggerinda sebuah event underground di Cicaheum yang diadakan oleh komunitas disana, dan saya sempat melontarkan sebuah pertanyaan yang agak kurang bermutu dan sedikit mengundang gelak tawanya, karena rasa penasaran yang sangat melonjak, beginilah pertanyaan saya ‘Kang naha kunaon kudu ngangge topeng?’ Dia menjawab dengan nada dingin dan sedikit mengepalkan tangannya ‘Meh pamajikan teu ningali urang keur ngora’. Saya sedikit bingung dengan jawaban yang sesingkat itu, yang jelas maksud mereka hanyalah satu, tidak ingin ter-exspose orang (mungkin) hahaha goblok.
Kini seluruh Grinder kota kembang maupun di indonesia sungguhlah sangat merindukan penampilan dari Mesin Tempur, maklum sudah beberapa dekade ini mereka vakum dan menghilang dari pentas underground di bandung, tapi tidak dengan beberapa situs webnya, mereka tetap aktif dan menjawab beberapa pertanyaan seputar kenapa vakumnya Mesin Tempur, sebutlah melalui akun jejaring sosial Twitter @MesinTempur420. Saya sangat bersyukur karena pernah menjadi bagian dari barisan Grinder di bawah panggung ketika mereka ‘mempublikasikan’ beberapa lagu mereka di dalam album Republik Mesin Tempur tersebut, bahkan sampai saat ini beberapa kaos, sticker yang makin usang dan lecek masih tersimpan di lemari berukuran 40x60cm. Akhir kata, saya sangat terinspirasi oleh kehadiran mereka yang sangat berani dan lugas, simple, teu loba omong, bukti nu nyata, tidak seperti HipHop yang membacot seribu kata tapi praktek nol besar. Bahkan band yang sekarang saya gandrungi kebanyakan terpengaruh oleh petikan killtuner dan goresan grind musikalitas mereka. Grind Can Kill The Pop!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar